" Apa salahnya menerima dan berteman dengan patah hati, biarkan patah hati itu datang dan biarkan dia pergi , semakin kau lawan maka semakin rasa itu pula lama menetap, tak perlu larut dalam keada'an. karna semua yg berjalan pasti akan berhenti pada sa'atnya ntah itu akan bermuara kepada kebahagia'an atau dalam kesedihan. "
Seorang sahabat lama kemarin menelpon saya, jauh dari sebrang pulau sahabat yang cukup dekat ketika kami bersama-sama menghabiskan masa 3 tahun duduk dan mendengarkan disekolah yang tidak terlalu favorit dipinggiran kota.
Bisa dikatakan dia adalah salah satu wanita yang sangat tangguh yang pernah saya jumpai, karna ketika kami semua lulus dari sekolah ia memutuskan untuk langsung bekerja.
Benar saja tidak mudah untuk bersahabat dengan seorang wanita, kalian pasti tahu begitu ribetnya seorang wanita dan yah terkadangpun ada ketidak nyambungan pembicaraan kita, namun yakinlah itu justru yang membuat kita menjadi makin akrab, kurang lebih 8 tahun kami menjalin persahabatan.
Dan malam ini seketika, persepsi yang saya berikan kepada ia yaitu wanita tangguh ntah kenapa rapuh begitu saja, sambil sedikit terisak, dan sedikit menahan tangisnya diujung telpon dia mulai bicara.
"Don, lo ada waktu nggak? " tanya dia yang masih mencoba menenangkan keadaanya. Saya coba membayangkan begitu sedang tidak baik-baiknya ia.
"Cerita sya, nggak akan gua potong" mencoba memahami keadaan.
Lalu satu jampun berlalu dia menceritakan dari awal mula kenapa dia bisa menangis semalaman penuh, dan kenapa dia menelpon saya.
"Don, salah nggak sih gua terlalu sayang banget sama orang? Gua nunggu dia don, selama bertahun-tahun gua juga yang gak pernah nuntut apapun dari dia" salah satu pembicaraan kita.
Saya cukup paham betul keadaan dia saat ini, dia bisa lebih parah dari ini. Asya memang wanita yang tangguh tapi tidak perihal kesetian dan orang yang disayanginya, dia bisa benar-benar jatuh cinta dan sayang sekali dengan seseorang bahkan melebihi dirinya sendiri.
"selama hampir setahun don, gua nunggu dia nunggu dia untuk sadar balik sama dia, dan lo tahu apa balasanya dia post foto dengan wanita lain. Wanita yang dulu pernah deketin dia tapi dia bener-bener benci wanita itu. " tambah dia, sampai benar-benar pecah tangisanya diujung telpon. Saya masih mendengarkan dengan perasaan yang sama.
Patah hati, meninggalkan dan ditinggalkan kebahagian dan kesedihan adalah komposisi yang selalu ada dalam percintaan. Tidak mungkin bisa di hilangkan dan tergantung kita larut dalam keadaan atau bangkit dan terus berjalan.
Lalu terakhir ia bertanya. " Don, apakah patah hati gua ini bisa sembuh? " saya diam sejenak berpikir dengan pertanyaan apakah patah hati bisa sembuh?
Dan saya menjawab "iya lo bakalan sembuh sya. Lo bisa lo pasti bisa, perihal patah hati hari ini biarkan dia hadir dan jangan buru-buru suruh pergi. Karna semakin lo mencoba untuk mengusir ia secara paksa dia kan justru membuat penuh pikiran lo dan itu justru akan terus-menerus hadir."
Dan asya terdiam "serius,? Don"
Saya mencoba hadir lebih dalam, "begini sya, mungkin patah hati diawal perjalanan. Lo akan merasa terprosok kejurang yang amat dalam. Tapi lo hanya punya pilihan yaitu naik kelas lo harus naik kelas. "
Jangan sampai patah hatimu ini membuatmu jauh meninggalkan dirimu sendiri, tidak mencintai dirimu dan justru terpuruk akan itu.
Seorang teman yang lain pernah, mengalami hal yang sama " percayalah kamu itu dianugrahkan tuhan atas kontrol dirimu, kamu harus sadar kamu akan baik-baik saja ntah itu bersama dengan pasanganmu atau sendiri. Kamu punya hak dan kontrol atas kebahagiaan dirimu sendiri."
Dan saya rasa perihal menerima patah hati adalah kesimpulan yang benar.
Kalau kata seorang ahli mental health yang saya kagumi yaitu mas adjisantosoputro
"Tuhan telah membekalimu obat di dalam dirimu sehingga kamu bisa menyembuhkannya. Meski mungkin kamu tak menyadarinya, kamu sebenarnya sudah pulih. Hanya saja batinmu yang tidak tenanglah yang membuatmu tidak mampu menyadarinya.
Percaya atau tidak yang membuat kita tidak sembuh dari patah hati kita, ialah rasa ketidak tenangan dalam batin kita.
Ikhlaskan dan percaya bahwa dirimu berhak bahagia.
Pernah diposisi itu
BalasHapusWaah, kalau bgitu kau berteman dengan asya.
Hapus