"Rom, gua kenapa ya? Kok gak bisa percaya lagi dengan yang namanya laki-laki? Gak bisa buka hati lagi untuk orang yang baru?" Curhat Erlin di sela-sela perjalanan kami pulang sedari menonton pameran desain komunikasi visual yang ada disalah satu kampus teknik terbesar di sumatra.
Saya lambatkan sepeda motor yang saat ini sedang berada di jalur dua. Di kota pendidikan, jalanan yang basah dan diterangi lampu temaram jalan yang terangnya bahkan tidak lebih dari lampu boglamp dari kandang ayam ini. seolah-olah menyatu dengan suasana dingin sendunya malam. Ini juga yang mungkin menyebabkan Erlin mendadak galau yang sedari tadi tertawa dan seolah-olah sedang baik-baik saja ternyata ia sedang menyimpan luka.
"iya elo itu kenapa lin? Masih sering inget dia? ". Singkat tentang Erlin, ia adalah wanita yang sangat-sangat tegar dan baik ia seperti kebanyakan perempuan, selalu mencintai prianya dengan sangat tulus bahkan ketika laki-laki itu berbuat kasarpun ia akan terus jatuh cinta lagi dan lagi. Terkadang perempuan bisa sebodoh itu prihal cinta. (heran aink)
"iya Rom, lo tau gua kan gua ini sebenarnya udah ikhlas udah pengen ngelepas dia, tapi kenapa dia yang berkhianat tapi seolah-olah dia gak bersalah dan kemarin gua ini udah bisa ngelupaiin dia, dan sekarang dia malah datang lagi kehidup gua. Seolah-olah datang gak pernah meninggalkan lubang yang amat besar dihati gua." Erlin curhat dengan panjang lebar. Yang kadang masih gua sela-sela dengan kata "HAAA" "APA! GUA GAK DENGER RADA KERAS NGOMONGNYA!!", begitulah memang paling malas kalau sesi konseling diadakan di atas motor begini.
Motor matic yang mati pajak, STNK & Plat ini, sekarang sudah berada di dalam komplek perumahan mewah di daerah Kauman yang bahkan di salah satu rumahnya ada kepala Pajak kota ini. Sungguh tidak beradap ini motor.
Kami sudah berada didepan pagar rumah Erlin, Rumah Erlin sangat besar dengan dua lantai serta dilengkapi halaman yang lumayan luas, ada batu-batu alam serta batu kali yang basah terkena hujan. Sendu sekali malam itu.
"lo mau minum apa Rom,? " belum sempat saya menyebutkan. "Sudah lah gak usah gua males kedapur haha" lanjut dia.
"yaudah yuk duduk di taman" sekarang kami berjalan menyusuri rumput swiss rumput yang hanya ada dirumah-rumah orang kaya, rumput yang kami injak basah terkena air hujan malam itu, lalu kami duduk di bangku khas taman kota, hanya saja ini di depan rumah.
Ada sekitar 3 menitan kami semua diam dan Erlin masih melamun memandangi langit yang bintangpun enggan untuk memunculkan cahayanya malam ini, sampai dia membuka pembicaraan.
"gua harus gimana rom? " tanya erlin masih di posisi yang sama.
Saya Memandangi wajahnya beberapa detik, mengagumi ciptaan tuhan yang amat sangat indah dan cantik, Erlin adalah wanita yang manis seperti wanita kota kebanyakan putih dan mempunyai senyum yang sangat khas, ketika dia senyum ada lesung pipi di sebelah kiri menambah kesan magis tersendiri.
Kenapa saya bisa berteman dengan dia, Erlin Khansa Wibowo seorang wanita yang manis, nama Wibowo adalah nama besar keluarganya, anak tunggal dari jaksa dikota ini.
Saya dan dia kenal ketika kami sama-sama dalam program penggalangan dana untuk kesehatan anak-anak di daerah timur indonesia. Waktu itu ingat sekali saya meminta nomornya karna untuk kebutuhan komunikasi antara komunitas Erlin dan komunitas saya, karna kebetulan ia menjabat juga sebagai humas di komunitasnya. Dan sampai saat ini kami dekat, sebagai teman. tidak lebih karna saya tau diri lahh hahaha
Oke lanjut....
"heh, Rom!" tegur Erlin ketika saya tidak menanggapinya tadi.
"ehheh apa tadi? " jawab saya dengan polosnya.
"yeee tuhkannn ahh males ahhh" Erlin kesel, yang membuatnya makin manis.
"iya gua harus gimana sekarang? " lanjut Erlin sembari membenarkan duduknya.
"iya gua paham lu cerita aja dulu gak akan gua potong" ini yang disebut Empati dalam ktrampilan konseling. (haha peduli apa kalian dengan materi konseling ini ya)
"jadi begini Rom, entah kenapa gua akhir-akhir ini selalau nangis sendiri inget hal-hal yang buat gua gak nyaman dulu, gua paham betul. Dan gua memang sudah menginginkan ini untuk pergi jauh banget, perasaan, masa lalu, kenangan semua udah gua buang jauh-jauh kepalung terdalam gua gembok gua kunci dan kuncinya udah gua buang dan bahkan guapun gak tau kuncinya dimana, sekarang kayak semuanya itu tiba-tiba muncul kepermukaan, timbul satu persatu seolah-olah ada seseorang yang membuka semua hal itu dari kotaknya." sembari bercerita saya tetap pada posisi yang sama. Lalu saya melihat matanya mulai ingin meneteskan air matanya tetapi ada sesuatu hal yang ditahan.
"gua itu sudah ingin hidup tenang, gua ini pengen gak inget hal-hal yang buat gua sakit dulu, gua juga gak pingin begini Rom.... Arghhhhhh" dan akhirnya bulir air mata yang ditahan Erlin jatuh juga.
Sembari menyeka sisa air matanya dia melanjutkan ceritanya "begini Rom, lu taukan teman-teman gua lu tau kan lingkungan gua gimana?" gua ini masih aktiv di komunitas dan si Dia itu disana Rom. Orang yang dulu pernah nyakitin gua orang yang lebih memilih orang lain daripada gua." tangisnya kembali pecah.
"gua mencoba untuk kuat, untuk tegar tapi apa semuanya pecah, Bobol begitu aja ketika dia kembali hadir dalam hidup gua. "
Erlin membenarkan posisi duduknya
" terus gua harus gimna Rom. Gua ingin lupaiin tapi sekrang sulit." lanjut Erlin sembari menyeka air mata yang ada di wajahnya.
"sudahh?" tanya saya singkat.
"gua itu gak mau begini, gua juga ingin berhenti menyakiti diri gua dengan pikiran-pikiran yang bahkan gak gua mengerti" tangisnya pecah malam itu, Malam yang dingin sehabis hujan.
"Begini lin, gua harap lu bisa pahamain kata-kata gua, semua gak harus lu ikutin. Mungkin hanya dengan begini lu bisa menjadi lebih baik." saya lihat erlin mengangguk dengan perlahan sembari menyeka air matanya.
"begini lin, kita gak tau takdir berjalan akan seperti apa, yang harusnya bisa kita kontrol saat ini adalah diri kita untuk menyikapi takdir yang tiba-tiba datang. Perihal lo dengan mantan lo, ingat sesuatu yang sudah pergi tidak akan sama lagi lin, entah dia menjadi orang yang lebih baik atau buruk. Tapi keputusan dari pilihan kita kembali tergantung dari kita. Dan kenapa lo tidak bisa melupakan mungkin saja alasanya karna lo belum benar-benar mengikhlaskan untuk melepeaskan, lo baru tahap mencoba melupakan. Dan ini jelas berbeda konsep lo kalau melupakan sampe matipun lo gak bakalan lupa. Karna otomatis pikiran lo semakin melupakan semakin akan ingat. Entah tentang dia atau tentang kenangan-kenanganya. Intinya satu lin " IKHLAS" udah gitu aja walaupun sulit jangan dipaksakan untuk melupakan. Jangan egois dengan diri lo lin, " terang saya sembari mencoba untuk memberikan penguatan.
Erlin hanya menatap saya dengan tajam tidak berkata apa-apa lagi malam itu, sampai saya izin pamit kepada bundanya.
"terima kasih banyak ya rom, " hanya kata-kata singkat malam itu. Dan saya tidak bertemu dengan Erlin dua minggu lamanya, Sampai suatu notif masuk ke HP Pintar saya di sore ketika saya sedang membahas beberapa program teman-teman komunitas untuk pendampingan masyrakat.
"hei Rom, malam ini boleh ketemu?" satu pesan darinya
"oke dimana?"
.
"di caffe biasa ya"
.
" oke siap"
Saya sudah menunggu beberapa menit di caffe ini, caffe yang bergaya jepang dengan lampu neon, warna-warni membentuk suasan yang tidak saya senangi.
Lalu dua orang wanita menghampiri saya sedari jauh, wanita yang satu saya hafal betul parasnya wanita cantik yang selalu tersenyum dengan lesung pipinya. Tapi ada satu wanita yang tidak saya kenal digandeng oleh Erlin dengan memakai kemeja flanel kotak2 memakai topi dan celana jins parasnya cantik dan manis hampir seperti Erlin.
Mereka menyapa lalu duduk di depan saya
"hei Rom sudah lama? " tanya Erlin
"iya enggak juga gua barusan kok" jawab saya.
"oew iya, Eehhh kenalin Rom, Adel"
"hai Adel, gua Romi" sembari saya memperkenalakan diri.
"Adel, Pacarnya Erlin."
Komentar
Posting Komentar