"Ini anak malas sekali, pagi-pagi sudah tidur didalam. Masjid" pikiran burukku waktu itu ketika aku belum mengenal seseorang bernama Andi Muhammad Yasir.
Dia itu dulu sangat2 malas sekali untuk seorang yang ditugaskan menjadi relawan Psikososial, bagaimana tidak jam 10 dia bukanya memberikan layanan eh dia malah asik tidur didalam masjid, pertemuan pertamaku dengan dia adalah ketika kami ditugaskan sama2 di dalam posyan labuan bajo, di donggala. Saat bersama-sama mengemban misi kemanusiaan yaitu pada akhir tahun 2018 saat bencana alam gempa,tsunami dan likuifaksi di sulawesi tengah. Tepatnya di palu, donggala dan sigi.
Aku yang lebih baru beberapa hari tiba di sana mendapat kabar bahwasanya ada satu rombongan yang akan datang dari Sulawesi selatan, tepatnya dari kota Makasar.
Akan mendapatkan teman baru ini, jawabku dan pasti seru sekali dan benar saja satu rombongan dari makasar datang tepat tengah malam, didalam kesunyian malam ditemani dengan beberapa lampu dimar, karna sewaktu itu listrik masih sering padam.
Nadya, ainun, dan yasir tiga orang tangguh yang sudah diberikan kepercyaan oleh tim untuk masa tugas 1 bulan di posyan kami.
Nadya orangnya ini periang mudah akrab dengan siapa saja, ainun masih sedikit malu2 dan jarang mengobrol orang yang mempunyai banyak permainan modern tapi kita smua ketika memainkan pusing dibuatnya. Satu lagi yang terakhir adalah Yasir yasudahlah yaa sudah di jelaskan dia diawal. Haha yasir2
Yasir ini orangnya periang, ia sering bersyair dan boleh dikatakan syair2nya adalah spontanitas yang sangat bagus dan keren seperti Buya Hamka atau engku Zainudin di film tenggelamnya kapal van der wijk. Di scien saat diruang tamu di moment Hayati ingin dipulangkan kekampung halamanya di Padang kurang lebih bgini dialognya
" Demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walau pun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya.
Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh Ninik Mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina, tidak tulen Minangkabau, ketika itu kau antarkan saya di simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanganku berapapun lamanya, tapi kemudian kau berpaling ke yang lebih gagah kaya raya, berbangsa, beradat , berlembaga, berketurunan, kau kawin dengan dia. Kau sendiri yang bilang padaku bahwa pernikahan itu bukan terpaksa oleh paksaan orang lain tetapi pilihan hati kau sendiri. Hampir saya mati menanggung cinta Hayati.. 2 bulan lamanya saya tergeletak di tempat tidur, kau jenguk saya dalam sakitku, menunjukkan bahwa tangan kau telah berinang, bahwa kau telah jadi kepunyaan orang lain. Siapakah di antara kita yang kejam Hayati?
Kau pilih kehidupan yang lebih senang, mentereng, cukup uang, berenang di dalam emas, bersayap uang kertas. Siapakah di antara kita yang kejam Hayati? Siapa yang telah menghalangi seorang anak muda yang bercita-cita tinggi menambah pengetahuan tetapi akhirnya terbuang jauh ke Tanah Jawa ini, hilang kampung dan halamannya sehingga dia menjadi anak yang tertawa di muka ini tetapi menangis di belakang layar. Tidak Hayati, saya tidak kejam. Saya hanya menuruti katamu. Bukankah kau yang meminta dalam suratmu supaya cinta kita itu dihilangkan dan dilupakan saja, diganti dengan persahabatan yang kekal. Permintaan itulah yang saya pegang teguh sekarang. Kau bukan kecintaanku, bukan tunanganku, bukan istriku. Tetapi janda dari orang lain. Maka itu secara seorang sahabat, bahkan secara seorang saudara saya akan kembali teguh memegang janjiku dalam persahabatan itu sebagaimana teguhku dahulu memegang cintaku. Itulah sebabnya dengan segenap ridho hati ini kau ku bawa tinggal di rumahku untuk menunggu suamimu, tetapi kemudian bukan dirinya yang kembali pulang, tapi surat cerai dan kabar yang mengerikan. Maka itu sebagai seorang sahabat pula kau akan ku lepas pulang ke kampungmu, ke tanah asalmu, tanah Minangkabau yang kaya raya, yang beradat, berlembaga, yang tak lapuk dihujan, tak lekang dipanas."
Dan dia hafal betul dengan dialog itu, setelah itu pasti kami dibuat tertawa akan tingkahnya.
Pertemuanku dengan dia sangatlah singkat karna masa tugas. Kami sebenarnya tidak sering mengobrol namun sering berjalan bersama, tau akan kebutuhan masing-masing. Sampai kami berdua di bilang Broman oleh teman2 cluster Medis pada wktu itu.
M Yasir, seseorang yang sangat keren dan slalu baik hati, kepada siapapun begitu juga dengan relawan lokal yang ada.
Dia pernah juga menjabat bendahara yang loyal, diposyan dia bendahara yang cukup loyal. Baik hatinya yang mungkin masih belum ada pengganyinya seorang "Bromen" terima boy, sudah memberikan pelajaran yang baik dan semoga kau bahagia disana. Terima kasih banyak.
Metro, 2 Desember 2020
Komentar
Posting Komentar